BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Curah
hujan adalah jumlah curah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Sedangkan alat untuk mengukur banyaknya curah hujan adalah Rain
Gauge. Curah hujan diukur dalam jumlah harian, bulanan, dan tahunan. Curah
hujan yang jatuh ke bumi kadang-kadang sangat deras, deras, sedang, kecil, dan
sangat kecil. Curah hujan yang tinggi di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah sudut datangnya matahari, tinggi rendahnya
tempat, dan angin maupun arus laut, dll. Di Indonesia curah hujan tidak lepas
dari angin muson barat dan angin muson timur, selain itu curah hujan di daerah
Indonesia berbeda antara daerah yang satu dan daerah yang lain ini disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi curah hujan juga berbeda. Sehingga makalah
ini dibuat untuk membahas lebih dalam tentang persebaran curah hujan di Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan curah hujan?
2. Apa
saja pola curah hujan di Indonesia?
3. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas curah hujan di berbagai wilayah di
Indonesia?
4. Bagaimana
persebaran intensitas curah hujan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Memahami
gambaran umum tentang curah hujan.
2. Mengetahui
pola curah hujan yang ada di Indonesia.
3. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas curah hujan di berbagai wilayah di
Indonesia.
4. Memahami
persebaran intensitas curah hujan di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh
di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan
tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff
dan infiltrasi. Satuan Curah Hujan adalah mm, inch. Alat untuk mengukur
banyaknya curah hujan yaitu Rain Gauge. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan
jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam
periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada
masing-masing Daerah Prakiraan Musim (DPM).
B. Pola
Curah Hujan di Indonesia
Pola
curah hujan yang ada di Indonesia dibagi menjadi tiga pola bagian curah hujan,
antara lain:
1. Pola
Curah Hujan Monsun
2. Pola
Curah Hujan Ekuatorial
3. Pola
Curah Hujan Lokal
Curah hujan di Indonesia dipengaruhi
oleh angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat pada bulan
Januari tekanan udara tinggi berada di atas Asia sedangkan tekanan rendah
berada di atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik banyak
membawa uap air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian barat
dan berlangsung antara bulan Oktober – April (musim hujan )
Angin muson timur berhembus dari arah timur pada bula Juli. Tekanan udara tinggi berada di atas Australia dan tekanan rendah berada di wilayah Asia, angin ini berhembus melalui banyak daratan dan daerah laut yang dilaluinya sedikit sekali sehingga udara yang berhembus tidak terlalu banyak mengandung uap air oleh sebab itu hujannya sedikit dan berhembus pada bulan April – Oktober, dan terjadilah di Indonesia musim kemarau.
Angin muson timur berhembus dari arah timur pada bula Juli. Tekanan udara tinggi berada di atas Australia dan tekanan rendah berada di wilayah Asia, angin ini berhembus melalui banyak daratan dan daerah laut yang dilaluinya sedikit sekali sehingga udara yang berhembus tidak terlalu banyak mengandung uap air oleh sebab itu hujannya sedikit dan berhembus pada bulan April – Oktober, dan terjadilah di Indonesia musim kemarau.
Klasifikasi
iklim Indonesia
sebagai berikut:
1.
Pola Curah Hujan Monsun
Pola
curah hujan monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat
unimodial (satu puncak musim
hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim
kering, sedangkan untuk bulan
Desember, Januari, dan Februari merupakan
bulan basah. Sedangkan enam bulan
sisanya merupakan periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan
musim kemarau
ke musim hujan dan tiga bulan peralihan
musim hujan ke musim kemarau). Daerah
yang didominasi oleh pola monsun ini berada didaerah Sumatra bagian Selatan, Kalimantan Tengah dan
Selatan, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan sebagian Papua.
2.
Pola Curah Hujan Ekuatorial
Pola
curah hujan ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk
bimodial (dua puncak hujan)
yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Daerahnya
meliputi pulau Sumatra bagian
tengah dan Utara serta pulau Kalimantan bagian Utara.
3.
Pola Curah Hujan Lokal
Pola
curah hujan lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak
hujan), tetapi bentuknya
berlawanan dengan tipe hujan monsun.
Daerahnya hanya meliputi daerah Maluku,
Sulawesi dan sebagian Papua.
Pola umum curah hujan di Indonesia
antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum curah
hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pantai sebelah barat setiap pulau
memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
2. Curah hujan di Indonesia bagian
barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan
pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit,
jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
3. Curah hujan juga bertambah sesuai
dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian
antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.
4. Di daerah pedalaman, di semua pulau,
musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah
rawa yang besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan
letak DKAT (Daerah Konvergensi Antar Tropik).
6. Saat mulai turunnya hujan bergeser
dari barat ke timur seperti: 1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu
mendapat hujan terbanyak pada bulan November. 2) Lampung-Bangka yang letaknya
ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember. 3) Jawa bagian utara,
Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari.
7. Di Sulawesi Selatan bagian timur,
Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni.
Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan
Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120̊ ( Bujur Timur).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Intensitas Curah Hujan di Berbagai Wilayah di Indonesia
Setiap wilayah di Indonesia memiliki
intensitas curah hujan yang berbeda. Curah hujan yang jatuh pada setiap wilayah
jarang sekali merata. Apalagi pada wilayah yang cukup luas dan
bergunung-gunung, maka hujan yang terjadi hampir tidak pernah merata.
Faktor yang mempengaruhi banyak
sedikitnya curah hujan di suatu daerah :
1.
Faktor Garis Lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah
hujan, semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang
diterima, karena di daerah lintang rendah suhunya lebih besar daripada suhu di
daerah lintang tinggi, suhu yang tinggi inilah yang akan menyebabkan penguapan
juga tinggi, penguapan inilah yang kemudian akan menjadi hujan dengan melalui
kondensasi terlebih dahulu.
2.
Faktor Ketinggian Tempat, Semakin rendah ketinggian tempat
potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak, karena pada umumnya
semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi.
3.
Jarak dari sumber air (penguapan), semakin dekat potensi
hujanya semakin tinggi.
4.
Arah angin, angin yang melewati sumber penguapan akan
membawa uap air, semakin jauh daerah dari sumber air potensi terjadinya hujan
semakin sedikit.
5.
Hubungan dengan deretan pegunungan, banyak yang bertanya,
“kenapa di daerah pegunungan sering terjadi hujan?” hal itu disebabkan uap air
yang dibawa angin menabrak deretan pegunungan, sehingga uap tersebut dibawa
keatas sampai ketinggian tertentu akan mengalami kondensasi, ketika uap ini
jenuh dia akan jatuh diatas pegunungan sedangkan dibalik pegunungan yang
menjadi arah dari angin tadi tidak hujan (daerah bayangan hujan), hujan ini
disebut hujan orografik contohnya di Indonesia adalah angin Brubu.
6.
Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin
tinggi perbedaan suhu antara keduanya potensi penguapanya juga akan semakin
tinggi.
7.
Faktor luas daratan, semakin luas daratan potensi terjadinya
hujan akan semakin kecil, karena perjalanan uap air juga akan panjang.
D. Persebaran Intensitas Curah Hujan di
Indonesia
Pola curah hujan di Indonesia Secara
Astronomis Indonesia terletak diatara 6º Lu dan 11º Ls dan sebagian besar
berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah hujan yang cukup besar
terutama di Indonesia bagian barat, dengan rata curah hujannya 2.000 –
3.000.m/tahun dan semakin ke arah timur curah hujannya semakin kecil kecuali
Maluku dan Papua.
Curah hujan di Indonesia dipengaruhi
oleh angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat pada bulan Januari
tekanan udara tinggi berada di atas Asia sedangkan tekanan rendah berada di
atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik banyak membawa uap
air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan
berlangsung antara bulan Oktober – April (musim hujan ).
Angin muson timur berhembus dari arah timur
pada bula Juli. Tekanan udara tinggi berada di atas Australia dan tekanan
rendah berada di wilayah Asia, angin ini berhembus melalui banyak daratan dan
daerah laut yang dilaluinya sedikit sekali sehingga udara yang berhembus tidak
terlalu banyak mengandung uap air oleh sebab itu hujanya sedikit dan berhembus
pada bulan April – Oktober, dan terjadilah di Indonesia musim kemarau.
Pada umumnya di suatu tempat suhu
tinggi tekanan di atas wilayah itu rendah, dalam rangka memperoleh
keseimbangan, udara yang bertekanan tinggi
bergerak ke tekanan lebih rendah. Akibatnya pantai barat Sumatera dan Aceh sampai
Bengkulu memperoleh hujan terbanyak pada bulan
Nopember, sedangkan Lampung pada bulan Desember,
Mulai pantai utara Jawa, Bali, NTB,
NTT memperoleh hujan paling banyak pada bulan Januari, sedangkan Sumba, Timor
mendapat hujan paling banyak terjadi pada bulan Februari. Karena daerah
bertekanan rendah juga bersuhu tinggi, maka gerakan udara dari yang bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah disertai oleh gerakan udara naik, sebagai
akibat persamaan. Gerakan udara naik menyebabkan turunya suhu udara tadi,
Menurunya suhu akibat gerakan DKAT, maka sebagian uap yang dikandung akan jatuh
sebagai hujan Pada lokasi yang udaranya bergerak ke atas dapat dikatakan angin
sangat tenang artinya gerakan secara horizontal kecil. Wilayah tenang di daerah
tropis ini disebut daerah Doldrums. Daerahnya adalah terletak antara 10̊ LU dan
10̊ LS.
Rata-rata curah hujan di Indonesia
untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu
rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Ada beberapa daerah yang mendapat
curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
- Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
- Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
- Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
- Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
Perlu diketahui bahwa hujan
terbanyak di Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan
mencapai 7,069 mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah,
merupakan daerah yang paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Keadaan Iklim
Musim di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh dera musim secara tetap yaitu musim barat yang kering dan musim timur yang banyak membawa uap air. Musim timur terjadi sekitar bulan April sampai dengan September yang ditandai dengan banyak curah hujan, sedangkan musim barat sekitar bulan Oktober sampai Maret yang ditandai dengan kurangnya curah hujan.
Di Sulawesi tengah pada umunya hujan setiap tahun sangat bervariasi, kecuali lembah Palu yang curah hujan sangat kurang itu disebabkan bahwa di Sulawesi Tengah merupakan daerah Rain Shadow (daerah bayang-bayang hujan).
Musim di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh dera musim secara tetap yaitu musim barat yang kering dan musim timur yang banyak membawa uap air. Musim timur terjadi sekitar bulan April sampai dengan September yang ditandai dengan banyak curah hujan, sedangkan musim barat sekitar bulan Oktober sampai Maret yang ditandai dengan kurangnya curah hujan.
Di Sulawesi tengah pada umunya hujan setiap tahun sangat bervariasi, kecuali lembah Palu yang curah hujan sangat kurang itu disebabkan bahwa di Sulawesi Tengah merupakan daerah Rain Shadow (daerah bayang-bayang hujan).
Keadaan Suhu
Suhu udara di Sulawesi Tengah untuk dataran tinggi berkisar antara 22,3° - 23,8° dan di daerah dataran rendah berkisar 31,1° c dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 72-82 %.
Rata-rata suhu maksimum kota Palu berkisar 32,90° c, sedangkan rata-rata suhu minimum terjadi pada bulan Juni 22,1° c.
Suhu udara di Sulawesi Tengah untuk dataran tinggi berkisar antara 22,3° - 23,8° dan di daerah dataran rendah berkisar 31,1° c dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 72-82 %.
Rata-rata suhu maksimum kota Palu berkisar 32,90° c, sedangkan rata-rata suhu minimum terjadi pada bulan Juni 22,1° c.
Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan di Kota Palu dipengaruhi oleh keadaan geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan disekitar lembah Palu bervariasi dari 24 - 110 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September 110 mm setiap tahunnya.
Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungannya satu sama lain, namun demikian di beberapa tempat di Sulawesi Tengah hubungan tersebut tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim kering biasanya lebih kencang dan angin banyak bertiup dari arah barat laut, oleh karena itu musim tersebut dikenal dengan musim barat.
Pada musim timur banyak turun hujan, angin bertiup agak menurun dibanding keadaan angin pada musim kering. Tiupan angin yang sering terjadi di sekitar lembah palu mempunyai kecepatan maksimum antara 16 - 20 knots, sedangkan kecepatan angin rata-rata pada umunya berkisar antara 5 - 6 knots pada setiap tahunnya.
Curah hujan di Kota Palu dipengaruhi oleh keadaan geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan disekitar lembah Palu bervariasi dari 24 - 110 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September 110 mm setiap tahunnya.
Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungannya satu sama lain, namun demikian di beberapa tempat di Sulawesi Tengah hubungan tersebut tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim kering biasanya lebih kencang dan angin banyak bertiup dari arah barat laut, oleh karena itu musim tersebut dikenal dengan musim barat.
Pada musim timur banyak turun hujan, angin bertiup agak menurun dibanding keadaan angin pada musim kering. Tiupan angin yang sering terjadi di sekitar lembah palu mempunyai kecepatan maksimum antara 16 - 20 knots, sedangkan kecepatan angin rata-rata pada umunya berkisar antara 5 - 6 knots pada setiap tahunnya.
Sebagai bahan perbandingan curah
hujan di daerah lain :
Curah hujan di Eropa sekitar 540 mm/tahun, sedangkan di pedalaman sekitar 1250 mm/tahun, di Pegunungan Rocky 3400 mm/tahun, di pedalaman Amerika 400 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di Cherrapunji 10820 mm/tahun ( selama 1860-Juli 1861 memiliki curah hujan 2646,12 mm/tahun dan selama 5 hari berturut-turut dibulan Agustus 1841 sebesar 38000 mm/tahun atau setara dengan curah hujan selama 4 tahun di New York), sedangkan di Puncak Gunung Waialeale di Kanai Tengah, Kepulauan Hawaii sebesar 1175,84 mm/tahun.
Curah hujan di Eropa sekitar 540 mm/tahun, sedangkan di pedalaman sekitar 1250 mm/tahun, di Pegunungan Rocky 3400 mm/tahun, di pedalaman Amerika 400 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di Cherrapunji 10820 mm/tahun ( selama 1860-Juli 1861 memiliki curah hujan 2646,12 mm/tahun dan selama 5 hari berturut-turut dibulan Agustus 1841 sebesar 38000 mm/tahun atau setara dengan curah hujan selama 4 tahun di New York), sedangkan di Puncak Gunung Waialeale di Kanai Tengah, Kepulauan Hawaii sebesar 1175,84 mm/tahun.
5 komentar:
Bagus,. Baik.. Mantaap. Lanjutkan
sumber?
Sumber?
sumber?
Sumber nya ?
Posting Komentar